Format Data GIS untuk Pemetaan Drone: Panduan Lengkap bagi Profesional & Pengguna Akhir
Table of Contents
Kabar buruk dulu: file dari drone bisa bikin laptop kamu menyerah, proyek kamu macet, dan meeting kamu berujung debat kusir—kalau format datanya salah. Kabar baiknya: kamu bisa menghindarinya dengan memahami format data GIS yang benar sejak awal. Artikel ini adalah peta jalan singkat tapi lengkap agar data dari UAV tidak cuma jadi gambar indah, melainkan aset analitis yang aman, kompatibel, dan tahan audit.
1) Peta Besar: Raster vs Vektor vs 3D/Point Cloud
-
Raster
Ini “gambar yang bermakna”—contoh: orthophoto (foto udara yang sudah terkoreksi), DSM/DTM/DEM.
Format favorit: GeoTIFF (lebih ideal COG—Cloud Optimized GeoTIFF untuk akses cepat).
Kapan dipakai: base map, pengukuran jarak/luas, ekstraksi elevasi. -
Vektor
Garis, titik, poligon. Hasil digitasi batas lahan, koridor, aset utilitas, dll.
Format favorit: GeoPackage (GPKG) untuk satu file rapi; Shapefile masih umum tapi legacy; GeoJSON untuk web.
Kapan dipakai: desain, perizinan, overlay ke peta lain. -
3D / Point Cloud
Hasil fotogrametri atau LiDAR berupa jutaan titik 3D.
Format favorit: LAS/LAZ (standar industri), PLY, E57.
Kapan dipakai: volume stockpile, inspeksi struktur, modeling 3D, analisis permukaan.
“LAS is a public file format for the interchange of 3D point cloud data…”
— USGS | Lidar Base Specification
(Satu outbound link ke domain .gov yang otoritatif; kutipan pendek sesuai aturan.)
2) Raster Drone: Orthophoto & Model Elevasi Tanpa Drama
Pilih format:
-
GeoTIFF untuk orthophoto dan DEM/DSM/DTM.
-
COG (Cloud Optimized GeoTIFF) kalau kamu butuh streaming via cloud/GIS web tanpa download full.
Checklist penerimaan raster (yang sering dilupakan):
-
CRS/EPSG jelas (mis. EPSG:32750 UTM Zone 50S untuk Bali; sesuaikan lokasi proyek).
-
Ground Sample Distance (GSD) tertulis (mis. 2.5 cm/pixel).
-
Tile/Index bila area luas (hindari satu file 20+ GB).
-
NoData & overviews diset; overviews bikin peta cepat saat zoom.
-
Georeference valid (cek di QGIS/ArcGIS; zoom ke koordinat, bukan “laut antah berantah”).
Output yang sering dibutuhkan instansi/perusahaan:
-
Orthophoto COG + world file (bila diperlukan).
-
DEM/DSM terpisah + hillshade untuk visual cepat.
-
Tingkat kompresi (LZW/DEFLATE) yang make sense: file lebih kecil tanpa bunuh detail.
3) Vektor: Shapefile vs GeoPackage vs GeoJSON (Mana yang Masuk Akal?)
Shapefile itu “masih hidup” karena kompatibel. Tapi: ada 3–5 file pendamping (.shp, .shx, .dbf, .prj…), panjang field ≤10 karakter, dan UTF-8 kadang rewel. Kalau kamu benci folder berantakan, gunakan:
-
GeoPackage (GPKG): satu file, bisa simpan banyak layer + raster + style. Standar modern, stabil untuk proyek besar.
-
GeoJSON: ringan, enak untuk web/map library, tapi kurang efisien untuk data besar & atribut kompleks.
Best practice vektor:
-
Satu CRS konsisten untuk semua layer.
-
Schema atribut jelas (FIELD_NAME, tipe data, satuan).
-
Naming rapi:
ADMIN_BatasDesa.gpkg
/UTIL_JalurPipa_2025Q3.gpkg
. -
Metadata minimal: deskripsi layer, tanggal akuisisi, akurasi.
4) Point Cloud: LAS/LAZ, Kepadatan, & Hakikat “Berat tapi Berfaedah”
Format inti:
-
LAS (lossless, besar).
-
LAZ (kompresi LAS, ukuran jauh lebih kecil, kualitas tetap).
-
Lainnya: E57/PLY untuk interoperabilitas antar software 3D.
Yang perlu kamu minta ke penyedia data:
-
Kepadatan titik (pts/m²) dan kelas titik (ground, vegetation, building).
-
Vertical datum & geoid (mis. EGM08)—biar tinggi tak “melayang”.
-
Breaklines/TIN bila perlu kontur halus untuk desain sipil.
-
Tile index + overlap antar tile (hindari gap di tepi).
-
Report QC: RMSE, akurasi vertikal/horizontal, sampel cross-check GCP.
Pemakaian cepat yang “berdampak bisnis”:
-
Volume stockpile (audit produksi bulanan kredibel).
-
Clearance utilitas (jarak kabel-pohon, mitigasi gangguan).
-
As-built 3D (validasi progres vs desain BIM/CAD).
5) DEM, DSM, DTM: Jangan Tertukar
-
DSM (Surface): permukaan segala sesuatu—atap, pepohonan, tanah.
-
DTM (Terrain): permukaan tanah “bersih” (tanpa objek).
-
DEM (Elevation): istilah payung; pastikan yang dimaksud DSM/DTM saat order.
Dampak salah pilih: desain saluran, cut-fill, atau jalur utilitas meleset. Minta DTM bila kamu perlu kondisi tanah; minta DSM kalau butuh permukaan actual untuk line-of-sight/analisis visual.
6) CRS & EPSG: Sumber Kekacauan Nomor Satu
Aturan emas: tentukan EPSG target di awal proyek.
-
Indonesia sering memakai UTM zona spesifik (EPSG 32748–32754 untuk selatan ekuator).
-
Simpan .prj (Shapefile) atau definisi CRS (GPKG).
-
Saat ekspor CAD (DWG/DXF), dokumentasikan unit (meter) agar skala tidak “micin”.
Catatan praktis untuk perusahaan multi-kantor: buat SOP CRS untuk semua vendor & internal—hindari “campur aduk”.
7) Workflow “Bisa Dipakai” dari Drone ke GIS/CAD
Direktori rapi (contoh):
/PROYEK_X/
01_raw/
02_gcp/
03_processing/
04_outputs/
raster/
orthophoto_COG/
dem_dtm_dsm/
vector/
batas_lahan.gpkg
utilitas.gpkg
pointcloud/
las/
laz/
05_qc/
laporan_qc.pdf
metadata.yml
Dokumen yang wajib ada di 05_qc/
-
Ringkasan akurasi (RMSE, metode RTK/PPK, jumlah GCP).
-
Tanggal akuisisi & kondisi cuaca.
-
Perangkat & setting (kamera, GSD, overlap).
Hasilnya? Saat auditor, konsultan, atau tim pusat minta data—semua langsung nyambung tanpa drama.
8) Format untuk CAD/BIM: Biar Tim Desain Tidak Mengumpat
-
CAD: berikan DXF/DWG hasil kontur (dari DTM), breaklines, dan grid elevation.
-
BIM: ekspor OBJ/FBX dari model 3D/mesh; sertakan world file/transform untuk lokasi.
-
Sertakan readme singkat: unit meter, CRS, dan titik referensi.
9) Kompresi & Pengiriman: Jangan Kirim “Batu” via Email
-
Pilih kompresi: LAZ untuk point cloud, DEFLATE/LZW untuk GeoTIFF.
-
Pecah per tile + sertakan tile index.
-
Kirim via cloud link (bukan ZIP 40 GB di email).
-
Tambahkan checksum (MD5/SHA256) untuk memastikan file utuh.
10) Apa yang Harus Kamu Tulis di TOR/PO (Biar Vendor Tak Asal Ekspor)
-
Daftar format final: Orthophoto COG, DEM/DTM GeoTIFF, vektor GPKG, point cloud LAZ.
-
CRS/EPSG target, vertical datum, unit.
-
GSD minimal, kepadatan titik min. untuk point cloud.
-
QC report wajib (RMSE, metode, jumlah GCP).
-
Batas ukuran file per tile & struktur folder.
-
Lisensi & hak pakai (internal/komersial).
Kalau kamu butuh vendor yang terbiasa bekerja dengan standar seperti ini, gunakan jasa pemetaan udara efisien dari Nayaka Aerial.
Ringkasan Cepat: Pilih yang Ini, Kapan, dan Kenapa
-
Orthophoto/DEM/DSM → GeoTIFF / COG (cepat diakses, standar GIS).
-
Batas, aset, koridor → GPKG (rapi, satu file, multi-layer).
-
Data web ringan → GeoJSON (hati-hati ukuran & akurasi).
-
Volume & 3D → LAZ (ringkas, interoperable).
-
CAD/BIM → kontur DXF/DWG, mesh OBJ/FBX.
Kalau formatnya benar, data drone kamu langsung nyatu ke GIS, CAD, dan dashboard manajemen—tanpa converter berlapis.
Kesimpulan
Format data yang benar = proyek berjalan mulus. Format yang salah = uang & waktu terbuang. Tidak rumit: tentukan standar sejak awal, minta vendor patuh, dan cek QC-nya. Hasilnya? Data yang bisa dianalisis, dibuktikan, dan dipresentasikan—bukan sekadar file besar yang bikin pusing.
👉 Punya proyek yang butuh deliverables “siap pakai” untuk GIS/CAD? Konsultasikan kebutuhanmu via WhatsApp:
Hubungi Nayaka Aerial
— kita bantu dari akuisisi, pemrosesan, sampai deliverables sesuai standar.
FAQ
1) Apa format terbaik untuk orthophoto dari drone?
GeoTIFF; untuk akses web cepat gunakan COG (Cloud Optimized GeoTIFF).
2) Shapefile masih aman dipakai?
Masih, tapi lebih rapi & modern pakai GeoPackage (GPKG)—satu file, multi-layer, stabil.
3) Kapan saya butuh LAZ, bukan LAS?
Saat butuh ukuran lebih kecil tanpa kehilangan informasi. LAZ adalah kompresi LAS yang efisien.
4) DSM, DTM, DEM—bedanya apa?
DSM = permukaan semua objek; DTM = tanah “bersih”; DEM istilah umum. Untuk desain tanah, minta DTM.
5) Bagaimana memastikan akurasi data?
Minta QC report: RMSE, metode RTK/PPK, jumlah & sebaran GCP, metadata CRS.
6) Saya kerja di CAD—apa yang harus diterima dari vendor drone?
Kontur (DXF/DWG) dari DTM, breaklines, mesh OBJ/FBX, plus catatan unit & CRS.
7) Apakah semua software bisa baca format ini?
Format di atas kompatibel luas di QGIS/ArcGIS/AutoCAD Civil 3D/Revit; pastikan versi software mendukung.
Tags In
Related Posts
Berita Terbaru
- Format Data GIS untuk Pemetaan Drone: Panduan Lengkap bagi Profesional & Pengguna Akhir
- Sewa Drone Pemetaan Bali: Solusi Presisi untuk Proyek & Wisata
- Teknologi UAV & Drone untuk Pemetaan: Strategi Data Cerdas untuk Perusahaan
- Drone Pemetaan Proyek Konstruksi: Panduan Langit untuk Pembangunan Cerdas
- Jasa Drone Bali: Cara Cerdas Bikin Dokumentasi Jadi Berkelas
Categories
- Berita Drone Indonesia (11)
- Dokumentasi Drone (2)
- Drone Project (7)
- Harga Jasa Sewa Drone DJI (22)
- insta360 (1)
- Jasa Pemetaan/Mapping Drone & UAV (34)
- Jasa Sewa Drone (33)
- Jasa Sewa Drone DJI (1,198)
- Jasa Sewa Drone Jogja (12)
- Pilar Artikel (3)
- Review (4)
- Safety Induction (1)
- Sertifikasi Pilot Drone (1)
- Sewa Drone Pelabuhan (2)
- Uncategorized (3)
- Updated Artikel (3)