Setiap proyek itu unik. Yang sama hanyalah satu hal: kalau salah pilih vendor drone, waktumu habis untuk revisi dan dramanya panjang. Jadi, sebelum klik “deal”, jalankan panduan ini dari awal sampai akhir. Praktis, tanpa gula-gula.

1) Mulai dari Tujuan & Output, Bukan dari “Kamera Apa?”

Vendor yang hebat akan menanyakan: apa keperluanmu? dokumentasi promosi, inspeksi struktur, atau pemetaan teknis? Jawaban itu menentukan sensor, flight plan, dan anggaran.
Tentukan output final sedetail mungkin: durasi video/format, resolusi foto, atau paket data (mis. foto berurutan untuk progress). Semakin jelas, semakin kecil ruang salah paham.

2) Legalitas & Keselamatan Bukan Formalitas

Pilih tim yang mengikuti regulasi udara dan SOP keselamatan. Ini bukan untuk gaya-gayaan; ini soal mitigasi risiko manusia, aset, dan reputasi.
ICAO menekankan integrasi RPAS ke ekosistem aviasi yang aman dan terukur.

“RPAS must be integrated into the aviation system safely.”
Sumber: laman ICAO – RPAS (Remotely Piloted Aircraft Systems).

Pelajari referensi prinsip keselamatan RPAS di ICAO — rujukan ini membantumu menilai apakah prosedur vendor masuk akal.

3) Cek Pilot, Sertifikat, dan Jam Terbang

Tanya hal sederhana yang berdampak besar: siapa pilotnya dan dia bersertifikat apa? Bonus kalau ada pengalaman di proyek serupa.
Minta contoh flight log atau portofolio yang relevan (bukan sekadar highlight showreel). Kamu butuh bukti konsistensi, bukan satu video yang kebetulan bagus.

4) Tanyakan Workflow—Mulai Brief sampai Handover

Vendor andal bisa menjelaskan alur: pre-flight risk assessment, flight plan, izin lokasi, POB di lapangan, hingga pascaproduksi.
Cek juga kontinjensi: cuaca, NFZ (no-fly zone), dan area kritis (RS, PLTU, bandara). Rencana cadangan (tanggal alternatif/baterai ekstra/backup drone) wajib ada, bukan “nanti lihat di lokasi”.

5) Pilih Vendor yang Paham Pemetaan & Dokumentasi (Bukan Salah Satu Saja)

Kalau kamu butuh data yang bisa dipakai tim teknik, carilah penyedia yang memang terbiasa menangani proyek teknis.
Lihat standar layanan di layanan drone profesional untuk dokumentasi & pemetaan—ini contoh gambaran paket kerja yang rapi dari sisi brief, pelaksanaan, sampai hasil.

6) Spesifikasi Teknis: Tulis, Jangan Asumsikan

Tuliskan kebutuhan: resolusi foto/video, bitrate, profil warna (D-Log/Normal), frame rate, durasi terbang maksimum, stabilitas angin, sampel uji.
Untuk proyek berulang (progress mingguan), minta preset pengambilan yang konsisten: titik lepas landas sama, ketinggian & lintasan sama, jam yang mirip agar cahaya seragam.

7) Kejelasan Harga: Transparan, Bisa Disesuaikan

Minta penawaran dengan komponen terbuka: harian/mingguan, biaya kru, baterai tambahan, mobilisasi—demobilisasi, izin lokasi, asuransi, talent/VO, pascaproduksi, revisi. Jangan mau angka “paket segini” tanpa rincian.

Tabel Ringkas: Komponen Biaya yang Sering Terlewat

KomponenKenapa PentingQuick Check
Mob–DemobLokasi jauh = biaya ekstraJarak, moda, lama hari
Izin & KoordinasiAkses area terbatas/objek vitalPIC pengelola aset siapa?
Cuaca & Buffer DayMenghindari gagal terbangAdakah hari cadangan?
Revisi OutputMengunci ekspektasiBerapa kali revisi gratis?
Hak Pakai (Usage)Iklan TV/OOH berbeda tarifMedia & durasi pemakaian
Asuransi & SafetyMitigasi risikoBukti polis & SOP

8) Portofolio Relevan—Bukan Sekadar “Banyak”

Lihat studi kasus yang mirip dengan proyekmu: event massal, area konstruksi aktif, atau pengambilan di kawasan sensitif.
Portofolio yang baik selalu menyertakan tantangan lapangan dan bagaimana mereka menyelesaikannya—bukan cuma hasil akhir.

9) Garansi Kualitas & Rencana Cadangan

Minta komitmen ulang-ambil jika cuaca buruk atau gangguan teknis membuat hasil tidak layak pakai. Tanyakan kebijakan backup data (dual card, offload di lokasi, salinan ke cloud).

10) Komunikasi & Respons—Indikator yang Sering Diremehkan

Cara vendor menjawab chat/email mencerminkan budaya kerjanya. Cek SLA respons, PIC, dan alur persetujuan revisi. Tim yang responsif akan menyelamatkan harimu saat lapangan mulai “rewel”.

11) Detail Kontrak: Hak Pakai & Batasan

Tuliskan usage rights (platform, wilayah, durasi). Pastikan kamu memiliki akses mentahan/masters sesuai kebutuhan (mis. ProRes/LOG).
Kontrak harus memuat pembatalan, force majeure, dan struktur pembayaran (DP, termin, pelunasan setelah serah terima).

12) Persiapan Lokasi oleh Klien (Ini Bagianmu)

Vendor hebat tetap butuh dukunganmu: PIC lokasi, jalur masuk alat, parkir aman, izin internal, dan jadwal kegiatan lain di area.
Semakin siap lokasi, semakin efisien durasi di lapangan—yang berarti biaya lebih rapih.

13) Belajar dari Proyek Konstruksi

Kalau rencanamu berkaitan dengan pembangunan, baca juga sewa drone untuk proyek konstruksi—banyak insight lapangan soal inspeksi dan monitoring progres yang relevan buat pengambilan keputusan.

14) Untuk Event & Aktivasi Brand—Mainkan Story, Bukan Hanya Sudut Kamera

Untuk konser, pelantikan, peresmian, fokuskan pada alur cerita visual: establishing crowd, cutaway emosi, dan hero moment. Jangan sekadar “shot drone ada”, tapi apa pesan yang ingin disampaikan.

15) Untuk Properti—Konsistensi Cahaya & Jadwal

Golden hour menang banyak. Brief soal prioritas angle (pool, fasad, view) + timeline matahari akan membuat footagemu terlihat premium tanpa biaya alat tambahan.

16) Untuk Area Padat Hambatan—Prioritas Safety

Di kawasan kabel listrik/menara, lebih baik pengambilan konservatif dan aman. Jangan terjebak “ambisi sudut ekstrem” yang mengorbankan keselamatan kru dan aset.

17) Vendor yang Layak Dipakai Lagi

Setelah proyek selesai, evaluasi: kualitas, ketepatan waktu, fleksibilitas, komunikasi, dan ketahanan di lapangan. Simpan vendor yang lolos skor—hemat waktu untuk proyek berikutnya.


Kalau kamu perlu tim yang rapi secara izin, kuat di lapangan, dan hasilnya bisa dipakai (bukan cuma keren dilihat), Nayaka Aerial siap mengeksekusi. Cek gambaran paket kerja di layanan drone profesional untuk dokumentasi & pemetaan—tinggal jelaskan tujuanmu, kami rancang jalur paling efisien.


FAQ

  1. Apa perbedaan vendor drone biasa dan profesional?
    Vendor profesional membawa SOP, pilot bersertifikat, workflow jelas, dan rencana cadangan. Hasilnya konsisten dan aman dipakai.

  2. Kapan perlu izin khusus?
    Saat terbang di area terbatas, dekat objek vital, atau event publik. Vendor harus mengurus koordinasi & mitigasi risiko.

  3. Berapa lama proses pengerjaan biasanya?
    Tergantung ruang lingkup. Dokumentasi sederhana bisa selesai 1–2 hari; project berseri (progress) tentu lebih lama.

  4. Bagaimana cara menekan biaya?
    Brief yang jelas, lokasi siap, dan jadwal efisien. Hindari revisi tak terbatas dan tentukan usage rights dari awal.

  5. Apakah data mentah bisa diberikan?
    Bisa bila disepakati di kontrak. Tulis format/codec dan media pengiriman (drive/cloud).

  6. Apa indikator vendor yang bisa dipercaya?
    Sertifikasi pilot, portofolio relevan, respons cepat, penawaran transparan, dan referensi klien.


Disclaimer

Panduan ini bersifat informatif berdasarkan praktik umum di industri. Detail teknis, izin, dan biaya bisa berbeda tergantung lokasi, regulasi yang berlaku, serta ruang lingkup proyekmu. Selalu lakukan konsultasi sebelum mengambil keputusan.